Wednesday, November 30, 2011

Di Beranda Waktu Hujan

Kausebut kenanganmu nyanyian (dan bukan matahari
yang menerbitkan debu jalanan, yang menajamkan
warna-warni bunga yan dirangkaikan) yang menghapus
jejak-jejak kaki, yang senantiasa berulang
dalam hujan. Kau di beranda,
sendiri, "Ke mana pula burung-burung itu (yang bahkan
tak pernah kau lihat, yang menjelma semacam nyanyian,
semacam keheningan) terbang; ke mana pula suit daun
yang berayun jatuh dalam setiap impian?"




(Dan bukan kemarau yang membersihkan langit,
yang pelahan mengendap di udara) kausebut cintamu
penghujan panjang, yang tak habis-habisnya
membersihkan debu, yang bernyanyi di halaman.
Di beranda kau duduk,
sendiri, "Di mana pula sekawanan kupu-kupu itu,
menghindar dari pandanganku; di mana pula
(ah, tidak!) rinduku yang dahulu?"

Kau pun di beranda, mendengar dan tak mendengar
kepada hujan, sendiri,
"Di manakah sorgaku itu: nyanyian
yang pernah mereka ajarkan padaku dahulu,
kata demi kata yang pernah kuhafal
bahkan dalam igauanku?" Dan kausebut
hidupmu sore hari (dan bukan siang
yang bernafas dengan sengit
yang tiba-tiba mengeras di bawah matahari) yang basah,
yang meleleh dalam senandung hujan,
yang larut.
Amin.


Sapardi Djoko Damono-Hujan Bulan Juni 1970

Thursday, November 24, 2011

Kisah Cinta Laut kepada Langit



Dulu, sewaktu saya kecil seorang sepupu menceritakan kisah cinta antara langit dan laut. Wah kisah itu menempel di memori saya sampai sekarang. Sudah lama juga saya ingin menulis cerita itu, tapi saya kurang berani karena saya tidak ahli berkiasan dengan indah. Tapi akan saya coba ceritakan versi saya ya. Kira-kira begini..



========================================================

Jaman dahulu, terhampar luas lautan yang indah. Sangat tenang, walau terkadang sesekali gelombang-gelombang kecil ombak datang tapi tidak bisa membuat keindahan lautan terabaikan. Didalamnya terdapat banyak sekali terumbu karang dan berbagai macam ikan berwarna-warni yang senantiasa selalu hilir mudik, entah kemana tujuan mereka.



Sang laut jatuh hati kepada langit, yang selalu tampak biru. Keindahan langit pun tak terperikan. Langit selalu tampak cantik dengan pesonanya yang mengagumkan laut. Terkadang warnanya biru seperti dirinya, kadang seperti klorofil daun bahkan ketika matahari beranjak terpejam langit berwarna jingga. Sungguh keindahan dan kemegahan yang amat disyukuri oleh laut, karena bisa memandangnya.



Begitupun langit, diam-diam ia mencintai laut. Sampai pada akhirnya laut menceritakan isi hatinya pada langit, dan mereka pun memadu kasih. Setiap hari tidak ada waktu yang terbuang selain memandangi langit. Kadang ia membuat langit terkagum-kagum karena membuat ombak yang begitu besar hingga ikan-ikan terperanjat keluar. Para ikan pun memahami isi hati laut dan membiarkan dirinya menjadi hiburan bagi langit. Tidak jarang laut memuji kecantikan kekasihnya itu, dan langit pun tersipu, menggurat warna merah muda pada wajahnya. Ya, keadaan yang sungguh romantis.



Namun, rupanya awan tidak suka dengan keadaan tersebut. Awan pun ingin memisahkan laut dan langit. Awan membuat gumpalan besar diatas laut agar laut tidak bisa melihat keindahan langit. Terkadang awan dengan kejam menunjukan kemarahannya yang berkilat dan menggelegar. Laut pun sedih, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghilangkan awan dari hadapannya. Dan, awan merasa sangat senang karena berhasil memisahkan laut dan langit.



Ternyata angin yang melihat keadaan tersebut tidak tinggal diam, angin pun mencoba membantu laut dengan meniupkan dirinya kepada awan agar awan pergi dan menghilang. Sampai pada akhirnya angin berhasil mengalahkan awan yang jahat hancur, pergi dan tak kan bisa kembali.



Laut sangat berterimakasih kepada angin yang bersedia membantunya. Pada akhirnya, laut dan langit kembali bersatu. Kembali saling memandang dan saling memadu kasih.




====================================================================

Nah, begitu deh ceritanya. Hihihii akhirnya bisa juga saya menulis ini. Ini hasil pikiran saya sendiri loh, walau mungkin nanti ada versi yang lebih baik dan indah biarlah.

Terima kasih teh Nolis, yang sudah menceritakannya dulu pada saya, ketika kita masih kecil.

Wednesday, November 23, 2011

Dasar kucing garong!!





Pagi ini si "nyai" tukang cuci dan beberes lagi gak dateng, karena ada acara di tempat anak nya. Jadilah saya menjadi "nyai" sementara. Pagi-pagi udah nyuci dan beberes, hal-hal yang agak gak pentingpun saya beresin, emang kelewatan rajin abis gimana donk naluri "resik" saya keluar kalo udah pegang sapu (resik ato naluri pembokat?).


Lagi asik-asiknya ngepel, tiba-tiba terdengar suara kresek-kresek dari dapur. Langsung aja saya menuju ke sumber suara. Dan ternyata si kucing belang-belang lagi asik manjat-manjat plastik sampah yang sengaja saya gantung karena tempat sampah belum kering dijemur. Secepat kilat, gagang pel melayang ke arah si kucing dan dengan cepat pula si belang ngeles. Aah makin membuat saya emosi tingkat tinggi dan kejar-kejaran itu pun terjadi. Tapi sayang, si belang menghilang menuju tembok tetangga sebelah.


Baiklah, selesai dengan si belang tadi. Saya pun melanjutkan seluruh pekerjaan dan menunggu serial kartun Avatar: The Legend of Aang, aah suka sekali saya dengan serial kartun yang satu ini. Tak berapa lama kembali suara kresek-kresek datang lagi, si belang kembali lagi, pikir saya. Dan benar saja, si belang sudah dalam posisi menatap ke arah saya. Langsung saja saya ambil sapu, masih bersiap mau "getok" si belang eh dia loncat ke tangga atas dan kembali menghilang. Cukup pintar si belang, gak berani lewat jendela depan dia lewat atas yang memang sengaja saya buka agar ada udara segar masuk.


Masih penasaran dengan apa yang dikerjakan si belang, saya memeriksa gantungan plastik sampah. Kok keadaannya masih rapi-rapi aja, gak ada bekas korekan ataupun cakaran. Tapi kok basah ya, kan baru sampah kering aja yang saya buang. Tambah penasaran saya buka lagi kantong plastik sampah itu, daaan saya cukup terkejut. Ternyata si belang memberi saya kejutan, dia MENGENCINGI plastik sampah saya. Astaganaga, apakah dia dendam sama saya? apakah dia kesal juga sama saya? Gak abis pikir, mau marah dan pengen ketawa ngakak. HAHAHAHA.


Dasar kucing garong, awas kalo ketemu, saya akan mengencingi kamu belang! Eh tapi dimana ya kasih kejutan itu buat dia??

Friday, November 11, 2011

11.11.11

Yeap, tepat hari ini ditanggal sebelas bulan sebelas tahun dua ribu sebelas. Menurut banyak orang tanggal ini tanggal sakral karena banyak unsur angka 1 (satu). Tapi menurut saya ini hanya tanggal di hari yang biasa saja. Kecuali, saya sedang takut keluar rumah hari ini. Nah loh, kenapa lagi ini? Hahahahha, lucu pokona mah.


Itu karena kemarin saya ketauan keluar rumah tanpa seizin suami. Ceritanya mau kasih kejutan buat si suami, eh emang dasar lagi sial. Kejutan sama dengan gagal total. Mungkin karena pertama kalinya ketauan boong saya deg-degan setengah idup. Rasanya gemetar, pandangan kabur dan kepala berputar-putar dan baru sadar ternyata takut sama suami sama aja kayak kelaperan dari kemaren belom makan.


Oke, tinggalkan masalah kemarin. Hari ini rasanya galau gak karuan. Daripagi ada saja kesialan yang kembali terjadi. Mulai dari pecahin telor yang salah masuk penggorengan, sampe dengan kembali membuat suami pagi-pagi bete. Haduh, ada apa dengan saya ini. Apakah ini dampak dari 11.11.11? Semakin didalami, semakin membuat hati saya gak karuan. Rasanya benar-benar meledak! Duaaarrrr!!! ah tapi itu terlalu berlebihan dan gak ada hubungannya.


Akhirnya hari ini saya putuskan untuk menjalin kembali silaturahmi dengan para teman yang sudah beberapa minggu ini gak ada kabarnya. Sebenarnya saya sih yang menghilang dari peredaran, abis ya kadang males juga seharian ngenet teu puguh. Apa yang dicari dan dimau gak jelas, jadi yaudahlah ilang aja dulu gitu. Hehehe, sok penting euy.


Yasutralah, intinya hari ini saya masih trauma sama kejadian kemaren dan membuat saya memutuskan untuk tidak kemana-mana. Termasuk potong rambut!


Selamat hari jumat, ditanggal 11 November 2011

Salam Shalat Jumat!!




Wednesday, November 9, 2011

Rindu

Selama aku mencari
Selama aku menanti
Bayang-bayangmu di batas senja
Matahari membakar rinduku
Ku melayang terbang tinggi

Bersama mega-mega
Menembus dinding waktu
Kuterbaring dan pejamkan mata
Dalam hati, ku panggil nama mu
Semoag saja kau dengar dan merasakan

Peluh ku berjatuhan
Menikmat sentuhan
Perasaan yang teramat dalam
Telah kau bawa
Segala yang ku punya..

Getaran di hatiku
Yang lama haus akan, belaian mu
Seperti saat dulu
Saat-saat pertama
Kau dekap dan kau kecup
Bibir ini dan kau bisikkan kata-kata

Aku cinta Kepada mu

==============================================
Rindu - Agnes Monica