Dia : fakultas fisip UI di sebelah mana yaaa?
Kesal bercampur heran, saya sempat berpikir, ini orang basa-basi atau pura-pura lupa sih? dan saya jawab sekena-nya. Percapakan panjang itu pun terjadi.
Saya: disamping fak. psikologi
Dia: fak. psikologi dimana yaaa? samping fisip kan?
Saya: iyeeee
Jawab saya setengah kesal
Saya: kalo dr pintu masuk (setelah gerbatama), belok kanan
Saya: masa gak tau fisip?
Dia: lupa neng?
Rasanya benar-benar kesal ketika dia blg, lupa. Padahal kalo dipikir manusiawi juga, tapi itu adalah tempat dimana kita pertama kali ketemu!
Saya: bapak2 dasar
Bukan tanpa maksud saya bilang dia dengan "bapak-bapak".
Dia: he.he.he. makanya nanya ke yg masih remaja
Saya: akang masuk dr gerbatama ui tau kan?
Saya: remaja?? alhamdulillah
Dia: tau lah
Saya: yaudah, nanti dr pos pengambilan karcis
Dia: terus
Saya: lurus ajaa
Saya: pas ada tugu lambang UI
Dia: iyaaaa...terus
Saya: akang ke kanan
Saya: udah deh
Saya: ketemu psikologi
Saya: terus fisip
Dia: jadi parkir disana yaa?
Saya: iyay
Saya: parkirnya depan fakultas aja, biar gampang
Saya: di sebrang tepatnya
Entah kenapa, walaupun kesal tapi saya masih terasa ikhlas memberikan informasi.
Dia: oke, depan fisipnya yaa
Saya: yaaay
Dia: hatur nuhun atas bantosan nana (terima kasih atas bantuannya)
Saya: sami2 (sama-sama)
Dia: jasana abadi
Saya: ada acara apa di fisip?
Saya: aah lebaay de ni bapak2 (sdg suka menyebutkan kata "bapak2", harap maklum ya )
Dan saya pun mulai menunjukan kekesalan saya, melalui sindiran.
=========================================================================
Percakapan diatas adalah percakapan pembuka dimana, semua rahasia yang selama 4 tahun terakhir ini terkuak.
=========================================================================
Dia: Syukur deh dan mohon maaf telah berbohong.
Dia: tanggal 16 ini
Saya: bohong?
Saya: boleh nanya?
Saya: akang emang bohongin aku apa??
Dia: bohonging segala rupa dech.
Saya: modus operandinya apa? haha
Dia: nggak ngerti?
Saya: rrrrrrr..
Dia: dulu sich waktu mau ketemu kamu aku iseng aja. pengen kenalan ada temen ngobrol...ehh malah suka jadi runyam dech. untung sering keluar kota jadi susah ketemu ha.ha.ha.
Saya: dassaaarrrrrrr
Saya: yasudahlaaah
Dia: aku udh jawab bagianku. skg aku ingin tahu bagianmu? ayo ceirta
Saya: bagian aku?
Saya: idem laah sama akang
Dia: iya..kenapa kamu ingin ketemu aku. padahal kau juga udah punya pacar ha..ha..ha..
Saya: intinya maah, begitu tau (baru2 ini) jadi keuheul
Saya: ahaha
Dia: yeyy meni nggak kreatip
Saya: berarti impas ya intinyaa
Dia: nah keuhel...kan he..he..he..
Dia: iya begitu. tapi jujur aja dulu aku suka banget..gila nggak. kalau saja sering di bogor atau jakrta dulu udah tiap hari disamperin
Dia: he..he..he..
==================================================================================
Ya, begitulah percakapan saya terakhir kali dengan dia, percakapan yang membuka semua perasaan yang saya rasakan keluar kayak banjir jakarta beberapa waktu lalu. Hhhh..legaaa bangeett..
Intinya adalah, kita paham perasaan masing-masing. Dan rasa umpet-umpetan she/he-have-to-know udah gak ada lagi tuh. Karena ya itu, kita membuat semuanya jadi lebih terbiasa-sekarang.