Thursday, December 29, 2011

Pada Sebuah Beranda


Di depan pintu hatiku ada sebuah beranda. Nyaman di beranda itu. Teduh, karena ada sebuah kanopi yang menyangga bougainville tujuh warna. Lantainya terbuat dari pualam putih, bergurat abu-abu. Dan, aneh, tanpa akar pun ada banyak mawar bertumbuhan di atas lantai pualam itu. Aku selalu merawat beranda itu rapi-rapi. Cuma, tak ada lampunya di sana. Maklum, hanya sesekali saja aku pergi ke beranda itu. Dan, bila aku pergi ke sana, kubawa serta sebatang lilin Temaram. Redup. Itu memang suasana yang kumaui bila aku berada di beranda.

Hanya aku yang tau bahwa di depan pintu hatiku itu ada sebuah beranda. Aku pun tak tahu apakah ada orang lain yang mempunyai beranda juga di depan pintu hatinya. Hatiku sendiri memang sudah terisi penuh. Istriku dan anakku mengisi kaveling terbesar dalam ruang hatiku. Lalu hobiku mengumpulkan kotak korek api. Juga kesukaanku pada model perahu layar dalam botol. Dan klangenan-ku makan bebek peking. Penuh sudah hatiku. Kestabilan mantap sudah tercapai. Ia tak terguncangkan lagi.

Dan ketika itu dia datang. Semula hanya lewat-lewat saja di depan pintu hatiku. Tak dapat dia masuk. Tentu saja. Sudah penuh di dalam. Hatiku memang kecil saja. Tak dapat juga kubuat bertingkat karena aku khawatir strukturnya akan rusak. Pilar-pilarnya mungkin tak kuat.

Tak dapat pula kubiarkan dia hanya singgah di ambang pintu hatiku. Tak sopan. Selain juga membuat kungjungan dia tak dapat nyenyak. Lalu, diam-diam kubangun beranda itu. Tidak persis di depan pintu hatiku, tentu. Ku buat dia terlindung di sebelah kanan, sehingga tak terlihat dari pintu dan jendela. Istri dan anakku tidak tau kalau didepan situ ada beranda. Di dalam hati ku sudah cukup hangat dan nyaman. Dan memang, ku buat senyaman-nyamannya untuk mereka. Agar mereka tak punya alasan dan kebutuhan untuk menengok keluar dari ruang hatiku. Apalagi karena mereka sesekali melihati ku keluar membawa lilin. "Gelap ya di luar situ?" tanya mereka. Aku mengangguk. Mereka memang takut gelap.

Hanya aku dan dia yang mengetahui bahwa di depan situ ada beranda. Dia senang dengan beranda yang kubangun itu. Dia menyumbangkan baugainville itu. Satu warna demi satu warna, sampai terkumpul tujuh warna. Akan halnya mawar-mawar itu. Mereka tumbuh sendiri. Aku sudah berhenti heran atas fenomena itu. Tiap kali dia singgah, setangkai mawar tumbuh. Begitu saja. Langsung dari lantai pualam itu. Dan tangkai-tangkai mawar itu tak pernah menjadi layu. Itu pun sudah tak ku herankan lagi. The act of God, kata dia tentang mawar-mawar itu. Aku mengangguk. The act of God. Seperti juga pertemuan-pertemuan kami. Di beranda itu. Di sebelah kanan depan pintu hatiku itu.

Suatu senja, kucium istriku di dapur ketika ia menyiapkan makan malam. Anakku berhenti mengerjakan pe er-nya dan berlari menyambutku pulang. Mengecupku. Menuangkan segelas air soda dingin untukku. Lalu kembali mengerjakan pe er-nya. Dari arah beranda kucium setangkai mawar yang baru tumbuh.

Dia datang. Kubawa segelas air soda ku ke beranda. Dia ikut minum dari gelas ku. Dia pun baru pulang dari kantor. Dan singgah ke beranda sebelum pulang ke rumahnya. Keningnya berpeluh. Ku seka dengan jari-jariku.

"Aku merindukanmu," katanya.
"Aku juga," kataku.

Matanya bundar melihat ku. Bundar sekali dan hitam.

"Aku begitu merindukanmu, sampai-sampai hatiku kering tak berinspirasi. Aku hanya merasa malas dan ingin kau elus."

Tubuhnya yang ringkih disandarkannya ke bahuku. Lalu ku elus punggungnya, ku elus pundaknya. Ia makin merapatkan tubuhnya. Matanya terkatup. Bibirnya terbuka.

"Tanganmu seperti listrik," katanya lirih.
Ku biarkan dia menikmati elusan ku.

"Kenapa tak kau telepon aku?" tanyaku di dekat telinganya.
"Aku takut sekretarismu."
"Hanya aku yang menggigitmu, dia tidak." kataku tertawa.
"Gigit aku."
"Nanti saja."
"Sekarang!"

Lalu kugigit dia. Lembut-lembut. Di bibirnya. Tubuhnya meregang. Tiba-tiba dia meronta. Berdiri. Meluruskan jatuh gaunnya dan bersiap pergi.

"Secepat itu?" tanyaku.
"Tiba-tiba inspirasiku datang. Harus segera kutuliskan."

Ia menjengukkan kepalanya dari ambang pintu, melihat ke dalam. Hidungnya menarik mencium masakan istriku di dapur.

"Nyaman di dalam situ," katanya.
"Mau masuk?"
"Aku harus pergi," katanya sambil menggeleng.
Ku bantu dia mengenakan mantelnya. "Peluk dulu aku." katanya.

Lalu dia pergi. Seperti gulana.
Pergi dan datang sekehendaknya. Berandaku jadi sepi. Dekak-dekak sepatunya terdengar menjauh. Cepat.

Kupandangi mawar yang baru tumbuh itu. Lalu aku pergi ke dalam. Ku tutup pintu dan kucari istriku di dapur. Sudah hampir matang masakannya. Kubantu dia mengangkat pinggan dan mangkuk ke meja makan. Anakku minta digendong ke meja makan. Kugendong dia. Tetapi, sambil ku gelitik sampai terpekik.

Aku memang tak pernah mengecewakan siapapun yang tinggal dalam hatiku. Dalam kehangatan cintaku. Sepenuh-penuhnya.

"Aku ingin melihat tawamu," kata dia suatu malam di beranda. Setangkai mawar tumbuh disitu. Dari lantai pualam langsung. Harum semerbak baunya. Dia mengelus pipiku dan menyibakkan rambutku yang jatuh ke kening.

"Pandangi aku," pinta dia
Dia tersenyum. Memandang dalam-dalam ke dalam mataku.
"Aku ingin kecemplung di dalam matamu," katanya.

Kupejamkan mataku. Dia terpekik.
"Jangan! Jangan pejamkan!"
Lalu dipandanginya mataku, seperti tukang ramal memandangi bola kristal.

"Kalau aku tercemplung ke dalam situ," katanya menggumam, "pasti aku akan terlayang-layang lama sebelum aku terhempas ke dasarnya."

Beranda itu makin menjadi penting bagiku. Beranda itu justru menjadikan hariku selalu teduh. Dan nyaman. Ketika beranda itu dulu sebelum kubangun, kurasakan bahwa hatiku tak akan senyaman ini tanpa beranda itu. Beranda itu sendiri tak akan mungkin dapat kubangun kalau tiada hatiku.

Tidak! Aku tak mungkin dapat hidup tanpa beranda itu. Bila ia sudah runtuh, tak akan ada lagi kanopi baugainville tujuh warna itu. Terik matahari akan membakar dinding hatiku yang telanjang. Lalu ia menjadi layu. Dan, ah, mana dapat aku hidup dengan sekuntum hati yang layu? Mana dapat?

Kusirami mawar-mawar itu pada suatu senja. Sekuntum bunga tiba-tiba merekah. Dia memang sudah ada di belakangku. Tegak. Tapi tunduk.

"Jangan pandangi aku," katanya.
"Kau tak mau melihat matahari di mataku? tanyaku.
Dia menggeleng. Rambutnya jatuh ke depan, menutupi wajahnya.

Kuletakkan gembor penyiram. Kubimbing dia duduk di lantai, di depan hamparan mawar-mawar yang merimbun. Kuangkat dagunya. Dipejamkannya matanya untuk menyembunyikan basah yang berkilat. Dan air mata itu lalu terperas keluar. Meluncur di pipinya yang kurus.

"Katakan padaku tentang cinta," kataku
"Memang itu yang hendak kukatakan," kata dia menggigil.
"Lantas, mau tunggu apalagi?"
"Aku sedang jatuh cinta," katanya getar.
Ada kilat menyambar. Beberapa rantai bougainville berderak tersambar, daun runtuh dilantai beranda.

"Ia baik, seperti kau juga."
"Dan...ia tak hanya mengajakmu duduk-duduk di beranda. Ia mengajakmu masuk ke dalam hatinya, bukan?"

Dia mengangguk. Menggangguk, dan mengangguk. Air matanya terburai-burai.

"Bukan salahmu. Dia, pergilah ke dalam hatinya. Dan tinggalah disana dengan damai."
Kuelus bahunya. Tanganku gemetaran. Bahunya pun gemetaran. "Masih bolehkah aku singgah ke berandamu? Aku tentu akan sering merindukanmu."

"Aku akan tetap disini, dia. Aku akan tetap di sini."
Lalu dia pergi. Kusentuh bayang-bayang itu. Hanya bayang-bayang, memang. Kosong. Luang.

Aku kembali ke tempat mawar-mawar itu merekah. Kusiram mawar-mawar itu puas-puas.

Dengan air mataku.

++++++++++++++
Bondan Winarno | Riwayat Negeri yang Haru


+++++++++++++++++++++++++

Aih, saya merasa tersinggung!! HAHAHAHAHA.









Tuesday, December 13, 2011

Merangkum Playlist

Baru kepikiran kayaknya lumayan asik juga kalo punya daftar lagu-lagu kalo kita lagu seneng, sedih atau sedang galau sekalipun. Langsung aja deh, ini adalah daftar lagu-lagu kesukaan saya. Ada dalam beberapa kategori, biar lebih asyik..heuheu.. Cekidot *ala anak galau*

Kalau lagi senang, ini daftarnya :

1. Earth, Wind and Fire = September
2. J.Lo = Papi
3. Justin Bieber = Never say Never
4. Kuburan = Fatamorgana
5. Aqua = Barbie Girl
6. Boney M = Sunny
7. Bon Jovy = It's My Life
8. Lady Gaga = Telephone
9. Owl City = Fireflies
10. Mika = Relax


Kalo lagu Sedih, ini dia

1. Britney Spears = From the Bottom of My Broken Heart
2. Earth, Wind and Fire = After the Love Has Gone
3. N'Sync = Gone
4. J.Lo = Secretly
5. Usher = Separated
6. Mahadewi = Risalah Hati (Acoustic)
7. Rihanna = Te Amo
8. Bruno Mars = Granade
9. Westlife = Soledad
10. Iwan Abdurrahman = Seribu Mil Lebih Sedepa
11. Norah Jones = Thinking About You


Kalo lagi galauuuuuuu:

1. Agnes Monica = Rindu
2. Agnes Monica = Matahari Ku
3. Chicago = Hard to Say I'm Sorry
4. Marcell = Peri Cinta Ku
5. Laddy Antebellum = Need You Now
6. Boys to Men = You Make Me Feel Brand New
7. All For One = I Swear
8. All For One = I Can Love Like That
9. Geisha = Remuk Jantungku
10. Raisa = Apalah (Arti Menunggu)


Kalau pengen karokeaaan :

1. NSync = This I Promise You
2. Sheila On 7 = Melompat Lebih Tinggi
3. All For One = I Swear
4. Blue = You Make Me Wanna
5. Jason Mraz = You and I Both
6. Black Eyed Peace = The Time
7. Britney Spears = Sometimes
8. Lighthouse Family = High
9. Cranberries = Animal Instinct
10. Jamal Mirdad = Suka-suka


Naaah, segitu dulu yaaa playlist yang seringkali saya dendangkan kalau lagi labil.. hehe


Salam, galau selalu :)

Thursday, December 1, 2011

Hello, Desember..

Desember kembali menyambut,
hujan pun kembali menyapa.
Tak ada lagi kata yang ingin ku tulis,
selain, sapa lah aku wahai desember.

Tuhan amat baik
karena menciptakan kau
untuk menurunkan air
dari langit.

Hello Desember,
doakan aku
mendapatkan apa yang kuinginkan
di penghujung tahun ini.

Amin.