Tiga-Tahun sudah saya berusaha melupakannya, tapi semakin saya melupakannya semakin saya tenggelam dalam lamunan tanpa batas. Dimana ketiadaannya membuat dunia saya menjadi hal yang itu-itu saja.
Tapi beruntungnya saya, selama tiga tahun ini ada laki-laki yang selalu menemani saya, walau kadang ketika dia menyakiti hati saya, saya selalu berpaling mencari sosok yang selalu saya impikan. Walau saya tau, impian dan harapan untuk tetap bersamanya selalu musnah ketika saya terbangun dan sadar, dunia saya sudah berubah.
Ketakutan itu semakin menjadi ketika beberapa minggu ini saya rutin melihatnya menulis, melihatnya beraktivitas membuat rasa rindu saya terobati sudah. Melihat kebiasaanya berpetualang menjelajahi hutan nusantara, awalnya hobi kemudian menjadi mata pencaharian, begitu katanya ketika kita bertemu beberapa tahun silam. Ohh yaa, rindu yang berbuah pada jerawat sebesar biji salak.
Rasanya ingin teriak "kenapa dulu kamu begitu egoiiss ketika harus tinggalin aku demi sebuah perbedaan usiaa???" dan rasanya saya ingin menangis bombay kalau ingat masa-masa kelam dulu, dimana kita saling tidak bertegur sapa padahal hati kita saling bercengkrama.
Sudahlah, ini semua buat kamu. Buat kamu,ku berikan ruang sempit, kecil, gelap dan paling sudut di hati ku.